Minggu, 08 Juni 2014

SEJARAH DESA UNGGA



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Desa dalam pengertian umum adalah permukiman manusia di luar kota yang penduduknya berjiwa agraris. Dalam keseharian disebut kampung, sehingga ada istilah pulang ke kampung atau kampung halaman. Desa adalah bentuk kesatuan administratif yang disebut kelurahan. Lurahnya kepala desa. Dalam lingkup kota yang dipenuhi pertokoan, pasar dan deretan kios. Desa, dalam definisi lainnya, adalah suatu tempat/ daerah di mana penduduk berkumpul dan hidup bersama, menggunakan lingkungan setempat, untuk mempertahankan, melangsungkan dan mengembangkan kehidupan mereka.
Menurut R.Bintarto. (1977) Desa adalah merupakan perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografis, sosial, ekonomis politik, kultural setempat dalam hubungan dan pengaruh timbal balik dengan daerah lain. Sedangkan Sutarjo Kartohadikusumo (1965) mengungkapkan bahwa Desa merupakan kesatuan hukum tempat tinggal suatu masyarakat yang berhak menyelenggarakan rumahtangganya sendiri merupakan pemerintahan terendah di bawah camat.
Sedangkan sejarah adalah pengetahuan tentang seluruh perbuatan manusia pada masa lampau.
Jadi, sejarah desa adalah kejadian masa lampau yang terjadi di suatu desa dan berusaha untuk ungkapkan oleh manusia berdasarkan sumber lisan, sumber tertulis, dan sumber berupa benda.
Begitu juga dengan desa Ungga yang terletak di kecamatan praya barat daya kabupaten Lombok tengah. Ada banyak sumber atau peninggalan sejarah masa lampau yang masih belum diketahui bagaimana sejarahnya. Untuk itu saya sebagai penulis bermaksud mengungkapkan kembali sejarah tersebut berdasarkan dari beberapa sumber, seperti sumber lisan, tulisan, dan benda. Mengenai tentang

B.     Tujuan Menulis Alasan Judul Tersebut
Tujuan menulis sejarah tentang desa Ungga adalah agar kita ketahui sejarah desa tersebut.  
C.     Manfaat dan Kegunaan
Manfaat:
1.      Sebagai acuan dalam pengembangan ilmu pengetahuan terutama ilmu tentang sejarah
2.      Sebagai bahan refrensi penelitian dalam bidang sejarah
3.      Sebagai sumber bacaan
Kegunaan :  Untuk memperluas wawasan kami terutama masyarakat desa Ungga secara khusus dan masyarakat luas secara umum terutama tentang sejarah desa Ungga.



















BAB II
ISI SEJARAH DUSUN/ SEJARAH DESA
A.    Asal usul Desa Ungga/ Ungge
Di Majapahit, ada dua orang bersaudara ( Raden Adi Pati Negare dan Raden Berata Yuda), Raden Berata Yuda sekolah di Bagdad 10 tahun, di Bagdad namanya diganti dengan Abdus Salam, setalah pulang beliau berdakwah, semakin lama jamaahnya bertambah, maka Raden Adi Pati Negare merasa khawatir akan kalah pengaruh oleh Raden Abdus Salam, maka dia di usir dari Majapahit menuju ke Solo bersama pengikutnya 144 orang, pindah lagi ke Denpasar, pindah lagi ke Labuan Tereng (Lembar), pindah lagi ke Gawah Beriwi (Kedaru) dan bermukim dengan orang Bugis, di Kedaru menetap selama 250 tahun, orang Bugis berkembang menjadi 250 KK, sedangkan Raden Abdus Salam berkembang menjadi 750 KK. Di Kedaru ada putra Daeng (Bugis) melamar putrinya Raden Abdus Salam  namanya Dinde Sri Banun, namun beliau tidak setuju karena merasa tidak kupu, akhirnya di perangi oleh orang Daeng, lalu beliau menyingkir ke Perowek (Timur Kedaru) bersama 144 orang, pindah ke Ganjar, pindah ke Tegu (Selatan Sapi Desa Kabul), pindah ke Ajrak (Selatan Makam Keleang desa Kabul) perpindahan ini karena di kejar oleh orang Daeng (Bugis), sampai Ajrak . Dari Ajrak pindah dan pisah menjadi dua bagian yaitu ke Penujak ke Ungge (Batu Gagak), dari Ungge pisah menjadi dua bagian yaitu ke Pauk Kambut (deket Labuapi) ke Batu Tulis. Yang di Pauk Kambut berjumlah 36 orang yang tergolong Raden ada 7 orang (Raden Sumarjaye (Tertua), Raden Jaye Kesume, Raden Nurman, Raden Galar, Raden Sangin, Raden Sutare, Raden Dalas), sedangkan yang lainnya tergolong suruhan. Dari Pauk Kambut pindah ke Petemon dan ke Jago kastare (Desa Ungge). Di Petemon menetap 7 orang (seorang Raden Nurman dan 6 orang suruhan) sedangkan yang lainnya pindah ke Jago Kastare yaitu 6 orang suruhan Raden dan 23 suruhan.

Keterangan : Perkembangan Keturunan :
1.      Raden Galar di Ungge dan Kampung tertua di Tunak Malang .
2.      Raden Dalas di Penujak, dan tertua di kampong Karang Dalam .
3.      Raden Sangin di Kentawang .
4.      Raden Sutare di Leson ( Ketare )                           

B.     Tentang penduduknya (Agama, kebudayaan, suku, pekerjaan, potensi desa atau dusun).
1.      Agama.
Mengenai agama di desa Ungga mayoritasnya menganut agama islam semuanya masyarakat yang ada di desa saya tidak ada agama yang lain.
2.      Kebudayaan.
Secara harfiah kata budaya berasal dari bahasa Sansekerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Budaya dapat diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan akal. Ada juga ahli yang menyatakan bahwa budaya berasal dari kata budi-daya yang berarti daya dari budi. Jadi, budaya atau daya  dari budi itu berarti cipta, karsa, dan rasa.
Menurut Koentjaraningrat dalam Yad Mulyadi  (1999:21) mendefinisikan budaya sebagai seluruh system gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat yang dijadikan miliknya dengan cara belajar.
Dari beberapa definisi tersebut di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut:
a.       Adanya unsur-unsur budaya berupa perilaku yang nyata di satu pihak dan di lain pihak adanya unsur - unsur budaya berupa nilai – nilai, norma dan prilaku manusia.
b.      Budaya di miliki bersama oleh seluruh anggota masyarakat pendukung budaya yang bersangkutan.
c.       Budaya terbentuk sebagai hasil belajar.



3.      Suku
Masyarakat yang ada di Desa Ungga mayoritas bersuku sasak, walaupun ada beberapa orang yang berasal dari suku lain seperti Jawa, Bali, dan Sunda. Masuknya suku lain selain suku sasak di desa Ungga disebabkan oleh beberapa faktor antara lain, perkawinan, penempatan kerja.  
4.      Pekerjaan.
Sebagian besar masyarakat yang ada di Desa Ungga bermata pencaharian dibidang pertanian. Sebagiannya lagi ada yang Pegawai Negeri Sipil (PNS), TNI, POLRI, Wiraswasta, dan lain-lain.  
5.      Potensi  
Desa-desa di Indonesia  seringkali mempunyai potensi-potensi wisata yang besar. Lingkungannya asri, banyak tempat-tempat yang menarik dan alami yang bisa dikunjungi. Akan tetapi potensi kepariwisataan yang besar tersebut sering tidak diketahui oleh masyarakat secara luas, sehingga kunjungan dari wisatawan baik domestik maupun mancanegara sangat minim.
Desa Ungga pada umumnya memiliki beberapa potensi yang dapat meningkatkan status desa Ungga menjadi sebuah desa wisata. Lokasi ini lebih dikenal masyarakat sebagai lokasi wisata kerajinan yaitu kerajinan perak, tenun, lukisan, dan lain-lain. Segala potensi yang dimiliki desa Ungga ini seharusnya dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk dapat menunjukkan kepada masyarakat mengenai potensi-potensi wisata yang terdapat di desa ini.

C.    Sumber Daya Alam Yang Dapat Dimanfaatkan (lahan pertanian untuk apa, kebun, laut, dan gunung).
Di Desa Ungga, karena sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian dibidang pertanian, maka satu-satunya sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan adalah sawah. Sawah dipergunakan oleh masyarakat desa Ungga sebagai tempat bercocok tanam. Berbagai macam jenis tanaman yang bisa ditanam di sawah tersebut seperti, padi, palawija, mentimun, endes/ boring (sejenis melon).
Kegiatan bercocok tanam di desa Ungga menunjukkan bahwa kemampuan manusia semakin meningkat dan kebudayaan manusia semakin tinggi. Pada sisi yang lain masyarakat desa Ungga sudah mampu menunjukkan bahwa kemampuan teknologi bercocok tanamnya telah dapat mengatasi rintangan alam. Masyarakat desa Ungga mampu menciptakan lingkungan alamnya sendiri, dengan menggunakan seperangkat alat yang disebut ilmu pengetahuan dan teknologi. Masyarakat desa Ungga mengadaptasikan diri agar dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Proses adaptasi dilakukan dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berhasil dikembangkannya.
Teknologi atau peralatan yang digunakan masyarakat desa Ungga dalam bercocok tanam zaman dahulu yaitu membajak dan mencangkul. Bercocok tanam dengan menggunakan cangkul atau tanpa bajak disebut hand agriculture. Jadi, sebelum ditanami, tanah diolah dengan menggunakan cangkul. Dengan digunakan cangkul, berarti tanah diolah lebih intensif. Hal ini merupakan langkah maju dibandingkan dengan berladang atau berkebun yang hanya menggunakan tugal saja. Sedangkan bercocok tanam dengan menggunakan bajak disebut plough agriculture. Pengolahan tanah dengan menggunakan bajak merupakan kemajuan tersendiri bagi masyarakat desa Ungga, karena lebih efisien. Dalam waktu yang sama luas tanah yang dikerjakan lebih luas, terdapat penghematan tenaga atau energi, dan hasil olahan terhadap tanah lebih baik. Binatang ternak merupakan alat yang digunakan dalam membajak sawah seperti, sapi dan kerbau. Sedangkan pada zaman sekarang ini masyarakat desa Ungga sudah mulai meninggalkan alat-alat bercocok tanam seperti, cangkul, dan binatang-binatang ternak. Sekarang sudah berganti memakai teknologi yang lebih modern dan efisien, seperti mesin traktor.  
Kebun tidak dimanfaatkan seoptimal mungkin oleh masyarakat desa Ungga, hanya dimanfaatkan sebagai tempat menanam berbagai jenis pohon seperti, pohon bambu, jati, kelapa, pisang, mangga, jambu, asem, sawo, dan lain-lain. Sumber mata pencaharian masyarakat desa Ungga tidak ada yang bergantung pada  laut dan gunung, karena dilihat dari letak geografisnya, desa Ungga berada di Kabupaten Lombok Tengah Kecamatan Praya  Barat Daya, yang posisinya sangat jauh dari laut dan gunung.
D.    Bagaimana keadaan masyarakatnya yang mendiami, sejahtera, miskin, dan kering.
Keadaan masyarakat yang ada di desa Ungga di bilang sejahtera karena menganai keadaan alamnya sangkat mendukung bagi masyarakat dan paktor ekonomi juga lumayan cukup, dan bagi yang orang tua bekerja sebagai petani, sedang anaknya menjad Guru, Polisi, Tantara, Perawat, Dokter dan wirahusaha.

E.     Apa keunggulan atau prestasi di Dusun atau Desa tersebut.
Keunggulan desa Ungga adalah mengenai tentang pengerajin perak, tenun, dan lukis. Sering di kujungi oleh wisatawan dalam maupun wisatawan luar negeri.  














BAB III
PENINGGALAN SEJARAH
Nama pentungan ini adalah Raden Kitung, panjangnya kira-kira 2,5 meter dan istrinya di Mataram.
Kegunaan pentungan ini sebagai pemberitahuan kepada masyarakat bahwa ada pengumuman minsalnya pentungan ini di pukul tandanya ada pengumumuman mengenai waktu azan telah tiba dan bila mengadakan musawarah dan mupakat. Pentungan ini tidak sembarang orang yang di kasih memukulnya











BAB IV
MASALAH-MASALAH SOSIAL BUDAYA PENDIDIKAN
A.    Masalah-masalah
Tidak sedikit masalah-masalah sosial budaya dan pendidikan yang ada di desa Ungga. Dalam bidang sosial, masalah yang sangat meresahkan masyarakat adalah kenakalan remaja. Kenakalan remaja merupakan masalah sosial masyarakat yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti, pergaulan, lingkungan, dan keluarga.  Yang saya maksud dengan kenakalan remaja di Desa Ungga seperti, minum-minuman keras, berjudi dan lain-lain. Masalah budaya misalnya terjadi angka perceraian yang sangat tinggi terutama pada ibu-ibu muda. Tidak lain dan tidak bukan penyebab dari semua itu adalah nikah di bawah umur.  Sedangkan dalam bidang pendidikan yang sangat terlihat sekali adalah banyaknya anak yang putus sekolah. Ada beberapa alasan sebagian anak yang putus sekolah adalah masalah keterbatasan ekonomi orang tua.
B.     Upaya pemecahan
Untuk mengatasi masalah kenakalan remaja di desa Ungga adalah tidak terlepas dari peran kepala desa dan aparat keamanan yang bertindak secara tegas untuk mengatasi masalah tersebut. Selain peran kepala desa dan aparat keamanan, tidak kalah penting juga peran dari orang tua untuk mencegah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh anaknya. Disamping itu, pendekatan-pendekatan yang bersifat kekeluargaan dirasakan sangat perlu dilakukan supaya mereka sadar atas perbuatan yang dilakukannya tidak baik. 







BAB V
KESIMPULAN

Desa dalam pengertian umum adalah permukiman manusia di luar kota yang penduduknya berjiwa agraris. Dalam keseharian disebut kampung, sehingga ada istilah pulang ke kampung atau kampung halaman. Desa adalah bentuk kesatuan administratif yang disebut kelurahan. Lurahnya kepala desa. Dalam lingkup kota yang dipenuhi pertokoan, pasar dan deretan kios. Desa, dalam definisi lainnya, adalah suatu tempat/ daerah di mana penduduk berkumpul dan hidup bersama, menggunakan lingkungan setempat, untuk mempertahankan, melangsungkan dan mengembangkan kehidupan mereka.
Sedangkan sejarah adalah pengetahuan tentang seluruh perbuatan manusia pada masa lampau.
Jadi, sejarah desa adalah kejadian masa lampau yang terjadi di suatu desa dan berusaha untuk ungkapkan oleh manusia berdasarkan sumber lisan, sumber tertulis, dan sumber berupa benda. Desa Ungga pada umumnya memiliki beberapa potensi yang dapat meningkatkan status desa Ungga menjadi sebuah desa wisata. Lokasi ini lebih dikenal masyarakat sebagai lokasi wisata kerajinan yaitu kerajinan perak, tenun, lukisan, dan lain-lain. Segala potensi yang dimiliki desa Ungga ini seharusnya dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk dapat menunjukkan kepada masyarakat mengenai potensi-potensi wisata yang terdapat di desa ini.
Pada zaman dulu di desa Ungga ke banyakan jadi petani, guru tapi sedikit kebanyakan menjadi petani, dan pekerjaan  masyarakat sekarang adalah menjadi guru, polisi, tantara, perawat, dokter,wirahusaha dan petani. Sedangkan pada perkembangan sekarang rata-rata mayoritas penduduk yang ada di desa Ungga sekarang  menjadi berpendidikan. 




PENUTUP
Pengertian desa adalah bentuk kesatuan administratif yang disebut kelurahan, lurahnya kepala desa dalam lingkup kota yang dipenuhi pertokoan, pasar dan deretan kios. Keadaan alam di desa Ungga dikatan sangat  subur bisa di manfaatkan oleh masyarakat dengan baik dan bisa di gunakan untuk bercocok tanam di sawah.
Mudahan-mudahan ke depan masyarakan yang ada di desa Ungga menjadi tenteram, aman, dan sejahtera .
Sekian yang dapat  saya sampaikan lebih kurangnya mohon di maafkan






















DAFTAR PUSTAKA
Yal Mulyadi, (1999) Antropologi,
Dr. drh. Joko Prastowon, M. Si Belajar dari masyarakat,
Edhie Wurjantoro, (1999). Sejarah Nasional dan Umum 1. Jakarta: PT. Balai Pustaka   
Muhammad Nurjdi, (2003). Sejarah desa Ungga.







































































































































































































































1 komentar:

  1. makash atas infonya...silahkan bergabung dengan kami di desaketara.blogspot.com

    BalasHapus