BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Desa
dalam pengertian umum adalah permukiman manusia di luar kota yang penduduknya
berjiwa agraris. Dalam keseharian disebut kampung, sehingga ada istilah pulang
ke kampung atau kampung halaman. Desa adalah bentuk kesatuan administratif yang
disebut kelurahan. Lurahnya kepala desa. Dalam lingkup kota yang dipenuhi
pertokoan, pasar dan deretan kios. Desa, dalam definisi lainnya, adalah suatu
tempat/ daerah di mana penduduk berkumpul dan hidup bersama, menggunakan lingkungan
setempat, untuk mempertahankan, melangsungkan dan mengembangkan kehidupan
mereka.
Menurut
R.Bintarto. (1977) Desa adalah merupakan perwujudan geografis yang ditimbulkan
oleh unsur-unsur fisiografis, sosial, ekonomis politik, kultural setempat dalam
hubungan dan pengaruh timbal balik dengan daerah lain. Sedangkan Sutarjo
Kartohadikusumo (1965) mengungkapkan bahwa Desa merupakan kesatuan hukum tempat
tinggal suatu masyarakat yang berhak menyelenggarakan rumahtangganya sendiri
merupakan pemerintahan terendah di bawah camat.
Sedangkan
sejarah adalah pengetahuan tentang seluruh perbuatan manusia pada masa lampau.
Jadi,
sejarah desa adalah kejadian masa lampau yang terjadi di suatu desa dan
berusaha untuk ungkapkan oleh manusia berdasarkan sumber lisan, sumber
tertulis, dan sumber berupa benda.
Begitu
juga dengan desa Ungga yang terletak di kecamatan praya barat daya kabupaten
Lombok tengah. Ada banyak sumber atau peninggalan sejarah masa lampau yang
masih belum diketahui bagaimana sejarahnya. Untuk itu saya sebagai penulis
bermaksud mengungkapkan kembali sejarah tersebut berdasarkan dari beberapa
sumber, seperti sumber lisan, tulisan, dan benda. Mengenai tentang
B.
Tujuan
Menulis Alasan Judul Tersebut
Tujuan menulis sejarah
tentang desa Ungga adalah agar kita ketahui sejarah desa tersebut.
C.
Manfaat dan Kegunaan
Manfaat:
1.
Sebagai acuan dalam pengembangan
ilmu pengetahuan terutama ilmu tentang sejarah
2.
Sebagai bahan refrensi penelitian
dalam bidang sejarah
3.
Sebagai sumber bacaan
Kegunaan
: Untuk memperluas wawasan kami terutama
masyarakat desa Ungga secara khusus dan masyarakat luas secara umum terutama
tentang sejarah desa Ungga.
BAB
II
ISI
SEJARAH DUSUN/ SEJARAH DESA
A. Asal usul Desa Ungga/ Ungge
Di
Majapahit, ada dua orang bersaudara ( Raden Adi Pati Negare dan Raden Berata
Yuda), Raden Berata Yuda sekolah di Bagdad 10 tahun, di Bagdad namanya diganti
dengan Abdus Salam, setalah pulang beliau berdakwah, semakin lama jamaahnya
bertambah, maka Raden Adi Pati Negare merasa khawatir akan kalah pengaruh oleh
Raden Abdus Salam, maka dia di usir dari Majapahit menuju ke Solo bersama pengikutnya
144 orang, pindah lagi ke Denpasar, pindah lagi ke Labuan Tereng (Lembar),
pindah lagi ke Gawah Beriwi (Kedaru) dan bermukim dengan orang Bugis, di Kedaru
menetap selama 250 tahun, orang Bugis berkembang menjadi 250 KK, sedangkan
Raden Abdus Salam berkembang menjadi 750 KK. Di Kedaru ada putra Daeng (Bugis)
melamar putrinya Raden Abdus Salam
namanya Dinde Sri Banun, namun beliau tidak setuju karena merasa tidak
kupu, akhirnya di perangi oleh orang Daeng, lalu beliau menyingkir ke Perowek (Timur
Kedaru) bersama 144 orang, pindah ke Ganjar, pindah ke Tegu (Selatan Sapi Desa
Kabul), pindah ke Ajrak (Selatan Makam Keleang desa Kabul) perpindahan ini karena
di kejar oleh orang Daeng (Bugis), sampai Ajrak . Dari Ajrak pindah dan pisah
menjadi dua bagian yaitu ke Penujak ke Ungge (Batu Gagak), dari Ungge pisah
menjadi dua bagian yaitu ke Pauk Kambut (deket Labuapi) ke Batu Tulis. Yang di
Pauk Kambut berjumlah 36 orang yang tergolong Raden ada 7 orang (Raden
Sumarjaye (Tertua), Raden Jaye Kesume, Raden Nurman, Raden Galar, Raden Sangin,
Raden Sutare, Raden Dalas), sedangkan yang lainnya tergolong suruhan. Dari Pauk
Kambut pindah ke Petemon dan ke Jago kastare (Desa Ungge). Di Petemon menetap 7
orang (seorang Raden Nurman dan 6 orang suruhan) sedangkan yang lainnya pindah
ke Jago Kastare yaitu 6 orang suruhan Raden dan 23 suruhan.
Keterangan
: Perkembangan Keturunan :
1. Raden
Galar di Ungge dan Kampung tertua di Tunak Malang .
2. Raden
Dalas di Penujak, dan tertua di kampong Karang Dalam .
3. Raden
Sangin di Kentawang .
4. Raden
Sutare di Leson ( Ketare )
B. Tentang penduduknya (Agama,
kebudayaan, suku, pekerjaan, potensi desa atau dusun).
1. Agama.
Mengenai agama di desa Ungga
mayoritasnya menganut agama islam semuanya masyarakat yang ada di desa saya
tidak ada agama yang lain.
2. Kebudayaan.
Secara harfiah kata budaya berasal dari bahasa Sansekerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Budaya dapat diartikan sebagai
hal-hal yang bersangkutan dengan akal. Ada juga ahli yang menyatakan bahwa
budaya berasal dari kata budi-daya
yang berarti daya dari budi. Jadi, budaya
atau daya dari budi
itu berarti cipta, karsa, dan rasa.
Menurut Koentjaraningrat dalam Yad Mulyadi (1999:21) mendefinisikan budaya sebagai
seluruh system gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia
dalam kehidupan bermasyarakat yang dijadikan miliknya dengan cara belajar.
Dari beberapa definisi tersebut di atas, dapat
disimpulkan sebagai berikut:
a. Adanya
unsur-unsur budaya berupa perilaku yang nyata di satu pihak dan di lain pihak
adanya unsur - unsur budaya berupa nilai – nilai, norma dan prilaku manusia.
b. Budaya
di miliki bersama oleh seluruh anggota masyarakat pendukung budaya yang
bersangkutan.
c. Budaya
terbentuk sebagai hasil belajar.
3. Suku
Masyarakat yang ada di Desa Ungga mayoritas bersuku
sasak, walaupun ada beberapa orang yang berasal dari suku lain seperti Jawa,
Bali, dan Sunda. Masuknya suku lain selain suku sasak di desa Ungga disebabkan
oleh beberapa faktor antara lain, perkawinan, penempatan kerja.
4. Pekerjaan.
Sebagian besar masyarakat yang ada di Desa Ungga bermata
pencaharian dibidang pertanian. Sebagiannya lagi ada yang Pegawai Negeri Sipil
(PNS), TNI, POLRI, Wiraswasta, dan lain-lain.
5. Potensi
Desa-desa di Indonesia seringkali mempunyai potensi-potensi wisata
yang besar. Lingkungannya asri, banyak tempat-tempat yang menarik dan alami
yang bisa dikunjungi. Akan tetapi potensi kepariwisataan yang besar tersebut
sering tidak diketahui oleh masyarakat secara luas, sehingga kunjungan dari
wisatawan baik domestik maupun mancanegara sangat minim.
Desa Ungga pada umumnya memiliki beberapa potensi
yang dapat meningkatkan status desa Ungga menjadi sebuah desa wisata. Lokasi
ini lebih dikenal masyarakat sebagai lokasi wisata kerajinan yaitu kerajinan
perak, tenun, lukisan, dan lain-lain. Segala potensi yang dimiliki desa Ungga
ini seharusnya dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk dapat menunjukkan
kepada masyarakat mengenai potensi-potensi wisata yang terdapat di desa ini.
C. Sumber Daya Alam Yang Dapat
Dimanfaatkan (lahan pertanian untuk apa, kebun, laut, dan gunung).
Di Desa Ungga, karena sebagian besar masyarakatnya
bermata pencaharian dibidang pertanian, maka satu-satunya sumber daya alam yang
dapat dimanfaatkan adalah sawah. Sawah dipergunakan oleh masyarakat desa Ungga
sebagai tempat bercocok tanam. Berbagai macam jenis tanaman yang bisa ditanam
di sawah tersebut seperti, padi, palawija, mentimun, endes/ boring (sejenis
melon).
Kegiatan bercocok tanam di desa Ungga menunjukkan
bahwa kemampuan manusia semakin meningkat dan kebudayaan manusia semakin
tinggi. Pada sisi yang lain masyarakat desa Ungga sudah mampu menunjukkan bahwa
kemampuan teknologi bercocok tanamnya telah dapat mengatasi rintangan alam.
Masyarakat desa Ungga mampu menciptakan lingkungan alamnya sendiri, dengan
menggunakan seperangkat alat yang disebut ilmu pengetahuan dan teknologi.
Masyarakat desa Ungga mengadaptasikan diri agar dapat mempertahankan
kelangsungan hidupnya. Proses adaptasi dilakukan dengan menggunakan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang berhasil dikembangkannya.
Teknologi atau peralatan yang digunakan masyarakat
desa Ungga dalam bercocok tanam zaman dahulu yaitu membajak dan mencangkul.
Bercocok tanam dengan menggunakan cangkul atau tanpa bajak disebut hand agriculture. Jadi, sebelum
ditanami, tanah diolah dengan menggunakan cangkul. Dengan digunakan cangkul,
berarti tanah diolah lebih intensif. Hal ini merupakan langkah maju
dibandingkan dengan berladang atau berkebun yang hanya menggunakan tugal saja.
Sedangkan bercocok tanam dengan menggunakan bajak disebut plough agriculture. Pengolahan tanah dengan menggunakan bajak
merupakan kemajuan tersendiri bagi masyarakat desa Ungga, karena lebih efisien.
Dalam waktu yang sama luas tanah yang dikerjakan lebih luas, terdapat penghematan
tenaga atau energi, dan hasil olahan terhadap tanah lebih baik. Binatang ternak
merupakan alat yang digunakan dalam membajak sawah seperti, sapi dan kerbau. Sedangkan
pada zaman sekarang ini masyarakat desa Ungga sudah mulai meninggalkan alat-alat
bercocok tanam seperti, cangkul, dan binatang-binatang ternak. Sekarang sudah
berganti memakai teknologi yang lebih modern dan efisien, seperti mesin traktor.
Kebun tidak dimanfaatkan seoptimal mungkin oleh
masyarakat desa Ungga, hanya dimanfaatkan sebagai tempat menanam berbagai jenis
pohon seperti, pohon bambu, jati, kelapa, pisang, mangga, jambu, asem, sawo,
dan lain-lain. Sumber mata pencaharian masyarakat desa Ungga tidak ada yang
bergantung pada laut dan gunung, karena
dilihat dari letak geografisnya, desa Ungga berada di Kabupaten Lombok Tengah Kecamatan
Praya Barat Daya, yang posisinya sangat
jauh dari laut dan gunung.
D. Bagaimana keadaan masyarakatnya
yang mendiami, sejahtera, miskin, dan kering.
Keadaan
masyarakat yang ada di desa Ungga di bilang sejahtera karena menganai keadaan
alamnya sangkat mendukung bagi masyarakat dan paktor ekonomi juga lumayan
cukup, dan bagi yang orang tua bekerja sebagai petani, sedang anaknya menjad
Guru, Polisi, Tantara, Perawat, Dokter dan wirahusaha.
E. Apa keunggulan atau prestasi di Dusun
atau Desa tersebut.
Keunggulan
desa Ungga adalah mengenai tentang pengerajin perak, tenun, dan lukis. Sering
di kujungi oleh wisatawan dalam maupun wisatawan luar negeri.
BAB III
PENINGGALAN SEJARAH
Nama pentungan ini
adalah Raden Kitung, panjangnya kira-kira 2,5 meter dan istrinya di Mataram.
Kegunaan pentungan ini
sebagai pemberitahuan kepada masyarakat bahwa ada pengumuman minsalnya
pentungan ini di pukul tandanya ada pengumumuman mengenai waktu azan telah tiba
dan bila mengadakan musawarah dan mupakat. Pentungan ini tidak sembarang orang
yang di kasih memukulnya
BAB IV
MASALAH-MASALAH SOSIAL BUDAYA
PENDIDIKAN
A.
Masalah-masalah
Tidak
sedikit masalah-masalah sosial budaya dan pendidikan yang ada di desa Ungga.
Dalam bidang sosial, masalah yang sangat meresahkan masyarakat adalah kenakalan
remaja. Kenakalan remaja merupakan masalah sosial masyarakat yang disebabkan
oleh beberapa faktor seperti, pergaulan, lingkungan, dan keluarga. Yang saya maksud dengan kenakalan remaja di
Desa Ungga seperti, minum-minuman keras, berjudi dan lain-lain. Masalah budaya
misalnya terjadi angka perceraian yang sangat tinggi terutama pada ibu-ibu
muda. Tidak lain dan tidak bukan penyebab dari semua itu adalah nikah di bawah
umur. Sedangkan dalam bidang pendidikan
yang sangat terlihat sekali adalah banyaknya anak yang putus sekolah. Ada
beberapa alasan sebagian anak yang putus sekolah adalah masalah keterbatasan ekonomi
orang tua.
B.
Upaya
pemecahan
Untuk
mengatasi masalah kenakalan remaja di desa Ungga adalah tidak terlepas dari
peran kepala desa dan aparat keamanan yang bertindak secara tegas untuk
mengatasi masalah tersebut. Selain peran kepala desa dan aparat keamanan, tidak
kalah penting juga peran dari orang tua untuk mencegah tindakan-tindakan yang
dilakukan oleh anaknya. Disamping itu, pendekatan-pendekatan yang bersifat kekeluargaan
dirasakan sangat perlu dilakukan supaya mereka sadar atas perbuatan yang
dilakukannya tidak baik.
BAB
V
KESIMPULAN
Desa
dalam pengertian umum adalah permukiman manusia di luar kota yang penduduknya
berjiwa agraris. Dalam keseharian disebut kampung, sehingga ada istilah pulang
ke kampung atau kampung halaman. Desa adalah bentuk kesatuan administratif yang
disebut kelurahan. Lurahnya kepala desa. Dalam lingkup kota yang dipenuhi
pertokoan, pasar dan deretan kios. Desa, dalam definisi lainnya, adalah suatu
tempat/ daerah di mana penduduk berkumpul dan hidup bersama, menggunakan
lingkungan setempat, untuk mempertahankan, melangsungkan dan mengembangkan
kehidupan mereka.
Sedangkan sejarah adalah pengetahuan tentang
seluruh perbuatan manusia pada masa lampau.
Jadi,
sejarah desa adalah kejadian masa lampau yang terjadi di suatu desa dan
berusaha untuk ungkapkan oleh manusia berdasarkan sumber lisan, sumber
tertulis, dan sumber berupa benda. Desa Ungga pada
umumnya memiliki beberapa potensi yang dapat meningkatkan status desa Ungga
menjadi sebuah desa wisata. Lokasi ini lebih dikenal masyarakat sebagai lokasi
wisata kerajinan yaitu kerajinan perak, tenun, lukisan, dan lain-lain. Segala
potensi yang dimiliki desa Ungga ini seharusnya dapat dimanfaatkan secara
maksimal untuk dapat menunjukkan kepada masyarakat mengenai potensi-potensi
wisata yang terdapat di desa ini.
Pada zaman dulu di desa
Ungga ke banyakan jadi petani, guru tapi sedikit kebanyakan menjadi petani, dan
pekerjaan masyarakat sekarang adalah
menjadi guru, polisi, tantara, perawat, dokter,wirahusaha dan petani. Sedangkan
pada perkembangan sekarang rata-rata mayoritas penduduk yang ada di desa Ungga
sekarang menjadi berpendidikan.
PENUTUP
Pengertian desa adalah bentuk kesatuan administratif
yang disebut kelurahan, lurahnya kepala desa dalam lingkup kota yang dipenuhi
pertokoan, pasar dan deretan kios. Keadaan alam di desa Ungga dikatan sangat subur bisa di manfaatkan oleh masyarakat
dengan baik dan bisa di gunakan untuk bercocok tanam di sawah.
Mudahan-mudahan ke depan masyarakan yang ada di desa
Ungga menjadi tenteram, aman, dan sejahtera .
Sekian yang dapat
saya sampaikan lebih kurangnya mohon di maafkan
DAFTAR
PUSTAKA
Yal
Mulyadi, (1999) Antropologi,
Dr.
drh. Joko Prastowon, M. Si Belajar dari masyarakat,
Edhie
Wurjantoro, (1999). Sejarah Nasional dan Umum 1. Jakarta: PT. Balai
Pustaka
Muhammad Nurjdi, (2003). Sejarah desa
Ungga.